Mengagumi tanpa pernah mengungkapkannya, kita semua pasti pernah merasakan bagaimana perihnya hal tersebut. Begitu juga yang dialami oleh Sandy, teman baikku sejak SMA yang sekarang juga menjadi teman seangkatan di FK. Ia tipe orang yang sering jatuh cinta pada sosok wanita, tapi tak pernah berani untuk menyatakannya. Namun kali ini agak berbeda, karena yang ditaksirnya adalah sosok adik tingkat kami yang bernama Feni setelah sebelumnya ia hanya menaksir anak SD diseberang pasar.
Awal mula Sandy bisa sampai jatuh hati ke Feni juga cukup unik. Suatu sore, seusai kami kuliah Sandy tiba-tiba menarik lenganku
"Eh, coba liat deh cewek baju merah di dekat kantin sana."
"Yang mana? Susah nih, ada banyak orang gitu di kantin." jawabku. Kantin kampus kami memang sangat ramai saat sore hari.
"Itu loh, yang sebelah dextra dari bang mamat penjual gado-gado!" Sandy menunjukkan jarinya ke arah sana "Yang paling proksimal dengan kita."
"Ooooh, itu sih si Feni, adek tingkat kita. Kenapa San?" kebetulan aku mengenal Feni karena ia dahulu satu SMP denganku.
"Kamu ada kerjaan ya habis ini?"
"Enggak sih..." jawabku ragu. Firasatku berkata si Sandy akan melakukan hal gila.
"Kamu temenin aku ngikutin dia sampai rumahnya! Aku pengen tau dia pulang naik apa, dijemput atau berangkat sendiri, sama alamat rumahnya."
GUBRAK! Si Sandy memang tetap tidak berubah. Sejak SMA ia memang suka sekali membuntuti cewek yang ia sukai sampai ke rumahnya. Bahkan pernah ketika kami baru saja pulang dari bimbingan belajar untuk persiapan UN, di persimpangan jalan ketika sedang lampu merah ia melihat sosok cewe disebelah kami mengendarai motor yang menurut dia cewek itu menarik.
"Loh, mau kemana kita? Bukannya kita harusnya belok kiri? Ko malah lurus?" tanyaku kebingungan.
"Kamu liat gak cewek disebelah kita di lampu merah tadi? Cantik banget! Aku pengen tau rumahnya dimana,"